BIOLOGI AGUS SMAN 3 SLAWI
Rabu, 19 Desember 2012
TEORI EVOLUSI
TEORI EVOLUSI
Charles Darwin
- Faktor Dalam / Faktor Gen / Faktor GenetikaPada setiap makhluk hidup pasti memiliki substansi gen pada kromosom. Perubahan pada gen atau genetika pada makhluk tersebut akan berakibat pada terjadinya perubahan sifat organisme tersebut. Perubahan pada gen kromosom dapat terjadi akibat :
- Mutasi Gen/ Point Mutasi adalah perubahan pada struktur kimia gen yang bersifat turun-temurun yang terjadi bisa secara spontan atau tidak spontan oleh zat kimia, radiasi sinar radioaktif, terinfeksi virus, dan lain sebagainya.
- Rekombinasi Gen Pengertian dan arti definisi rekombinasi gen adalah penggabungan beberapa gen induk jantan dan betina ketika pembuahan ovum oleh sperma yang menyebabkan adanya susunan pasangan gen yang berbeda dari induknya. Akibatnya adalah lahirnya varian spesies baru.
2. Faktor Lingkungan Luar
- Makhluk hidup dalam kesehariannya pasti berada di lingkungan habitat tempat tinggalnya sesuai dengan kondusi fisik maupun kondisi karakteristiknya. Organisme makhluk hidup dituntut untuk dapat menyesuaikan atau adaptasi dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Mahluk hidup yang melakukan perubahan fisik dan karakter secara terus-menerus untuk dapat selalu beradaptasi dengan lingkungannya menyebabkan munculnya varian spesies baru yang bermacam-macam dan beraneka ragam.
Evolusi pada makhluk hidup adalah sudah terbukti tidak benar. Apabila anda masih menemukan pelajaran atau media yang mengulas evolusi, itu dinamakan propaganda atau doktrin dari para atheis untuk mengaburkan agama anda. Evolusi adalah teori yang gagal.
- Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
- Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi.
- Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru.
- Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies.
- Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme.
- Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
Terdapat dua mekanisme utama yang mendorong evolusi:
- seleksi alam yang merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
- hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) yang merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun
perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil,
perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang
substansial pada organisme.
- Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru.
- Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
- Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi evolusioner.
- Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi.
- Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu.
- Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah.
- Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisanMendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam).
- Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
- Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles.
- Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah.
- Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Usaha-usaha
yang Tidak Pernah Meng¬hasilkan Kesimpulan pada Abad Ke-20Ahli evolusi
pertama yang menggeluti masalah asal-usul kehidupan pada abad ke-20
adalah ahli biologi Rusia terkenal, Alexan¬der Oparin. Dengan berbagai
tesisnya yang ia ajukan pada tahun 1930-an, ia berusaha membuktikan
bahwa sel dari sebuah makhluk hidup dapat terjadi secara kebetulan.
Namun, penelitian ini ternyata mengalami kegagalan, dan Oparin harus
membuat pengakuan seba¬gai berikut:Sayang, asal-usul sel tetap menjadi
tanda tanya, yang sesungguhnya merupakan titik paling gelap dari seluruh
teori evolusi.
Usaha-usaha yang Tidak Pernah Menghasilkan Kesimpulan pada Abad Ke-20
Ahli
evolusi pertama yang menggeluti masalah asal-usul kehidupan pada abad
ke-20 adalah ahli biologi Rusia terkenal, Alexan¬der Oparin.
- Dengan berbagai tesisnya yang ia ajukan pada tahun 1930-an, ia berusaha membuktikan bahwa sel dari sebuah makhluk hidup dapat terjadi secara kebetulan.
- Namun, penelitian ini ternyata mengalami kegagalan, dan Oparin harus membuat pengakuan seba¬gai berikut:Sayang, asal-usul sel tetap menjadi tanda tanya, yang sesungguhnya merupakan titik paling gelap dari seluruh teori evolusi.
- Para penganut teori evolusi Oparin berusa¬ha untuk meneruskan eksperimen untuk meme¬cahkan masalah asal-usul kehidupan.
- Yang paling terkenal di antara eksperimen-eksperimen ini dilakukan oleh ahli kimia Amerika, Stanley Miller pada tahun 1953.
- Dalam permulaan eksperimennya, ia me¬nyata¬kan bahwa gabungan gas telah ada pada atmosfer bumi pada zaman kuno, dan dengan menambahkan energi pada campurannya, Miller mensitesakan beberapa molekul orga¬nik (asam amino) yang ada dalam struktur protein.
- Beberapa tahun berlalu, eksperimen terse¬but tidak berhasil mengungkapkan apa pun, yang pada saat itu dilakukan sebagai langkah penting atas nama evolusi, terbukti tidak valid, sedangkan atmosfer yang digunakan dalam eksperimen tersebut sangat berbeda dengan kondisi bumi yang sesungguhnya.
- Setelah diam dalam jangka waktu yang lama, Miller mengakui bahwa medium atmosfer yang ia gunakan tidaklah realistik.
- Semua usaha ahli evolusi yang dilakukan pada abad ke-20 untuk menjelaskan asal-usul kehidupan berakhir dengan kegagalan.
- Ahli geokimia Jeffrey Bada dari San Diego Scripps Institute, mengakui kenyataan ini dalam sebuah artikel yang dipublikasikan dalam majalah Earth pada tahun 1998:
- Dewasa ini, ketika kita meninggalkan abad kedua puluh, kita masih menghadapi perso¬alan sangat besar yang belum terpecahkan yang harus kita hadapi ketika kita memasuki abad kedua puluh:
- Bagaimanakah asal-usul kehidupan di Bumi ini?
Struktur Kehidupan yang Kompleks
- Alasan utama mengapa teori evolusi berakhir dalam kebuntuan besar tentang asal-usul kehidupan adalah bahwa organisme hidup yang dianggap sangat sederhana ter¬nyata memiliki struktur yang sangat kompleks. Sel dari makhluk hidup lebih kompleks dibandingkan dengan semua produk teknologi yang dihasilkan oleh manusia.
- Dewasa ini, bahkan dalam laboratorium yang paling maju di seluruh dunia sekalipun, sebuah sel hidup tidak dapat dihasilkan dari materi inorganik. Persyaratan yang diperlukan bagi terbentuk¬nya sebuah sel terlalu besar kuantitasnya untuk diabaikan dengan berpegang pada landasan bahwa terbentuknya sel tersebut terjadi secara kebetulan.
- Probabilitas tentang protein, perkembangan blok dalam sel, disentesakan secara kebetulan adalah 1 dalam 10950 untuk rata-rata protein yang terdiri dari 500 asam amino.
- Dalam matematika, suatu probabilitas yang lebih kecil dari 1 dibanding 1050 dengan sendirinya dianggap tidak mung¬kin. Molekul DNA yang terletak di inti sel dan yang menyimpan informasi genetik merupa¬kan bank data yang luar biasa.
- Jika informasi yang ada dalam DNA ditulis, maka ia akan merupakan perpustakaan raksasa yang terdiri dari 900 jilid ensiklopedi yang masing-masing terdiri dari 500 halaman.
- Dalam masalah ini muncul dilema yang sangat menarik: DNA hanya dapat direplikasi dengan bantuan protein-protein khusus (enzim).
- Namun, sintesa dari enzim-enzim ini hanya dapat diwujudkan melalui informasi yang tercatat dalam DNA. Karena keduanya saling tergantung, mereka harus ada pada waktu yang bersamaan untuk replikasi.
- Hal ini menunjukkan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari dirinya sendiri mengalami kebuntuan. Prof. Leslie Orgel, seorang ahli evolusi ternama dari Universitas San Diego, California, mengakui fakta ini di majalah Scientific American yang diterbitkan pada September 1994:
- Sangat mustahil bahwa protein dan asam, yang keduanya sama-sama memiliki struktur yang kompleks, muncul dengan sendirinya pada waktu dan tempat yang sama. Namun juga mustahil jika yang satu ada tanpa adanya yang lain.
- Demikian pula, secara sekilas orang dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya kehidupan tidak mungkin berasal dari sarana kimiawi.
- Mekanisme Evolusi ImajinerPersoalan penting kedua yang menafikan teori Darwin adalah bahwa kedua konsep yang dikemukakan oleh teori tersebut sebagai “mekanisme evolusi oner” pada dasarnya tidak memiliki kekuatan evolusioner.
- Darwin mendasarkan pernyataan evolusi¬nya sepenuhnya pada mekanisme “seleksi alam”.
- Pernyataan yang ia tekankan tentang mekanisme ini dapat dilihat dalam bukunya: The Origin of Species, By Means of Natural Selection…
- Seleksi alam berpendirian bahwa makhluk-makhluk hidup yang lebih kuat dan lebih cocok bagi kondisi alam pada habitat mereka akan dapat bertahan dalam bergulat untuk mempertahankan kehidupan.
- Sebagai contoh, pada kawanan rusa yang menghadapi ancaman serangan binatang buas, maka rusa-rusa yang berlarinya lebih cepat dapat mempertahankan kehidupannya.
- Dengan demikian, kawanan rusa itu terdiri dari individu-indivi¬du yang lebih cepat dan lebih kuat.
- Namun tak dapat disangkal bahwa mekanisme ini tidak menyebabkan rusa tersebut muncul dan berubah menjadi spesies hidup yang lain, misalnya menjadi kuda.
- Dengan demikian, mekanisme seleksi alam tidak memiliki kekuatan evolusioner.
- Darwin juga menyadari fakta ini sehingga ia harus menyatakan dalam bukunya The Origin of Species:Seleksi alam tidak dapat berbuat apa pun hingga terjadi peluang variasi yang sesuai.
http://biologigonz.blogspot.com/2010/06/teori-evolusi.html
Human Evolution theoryCharles Darwin, (pictured - left - as a young man), whom many people consider to have been the originator of Evolutionary Theory as applicable both to animal life generally and to Humanity in particular, actually shares with Alfred Russel Wallace the attribution for independent development of Modern Evolutionary Theory. Neither of them were to be the first to go so far as to explicitly take the step of subjecting Mankind to Evolutionary Theory speculations.Darwin, born in 1809 into quite a comfortable background as the son of a well-regarded and prosperous doctor based in Shrewsbury, England, was an avid beetle collector in his teenage-years who abandoned medical studies after being appalled by the sufferings of patients undergoing the surgical techniques of the day, (without relief from anaesthetics), and then entered Christ's College, Cambridge, with the view of becoming a country parson. In those times it was quite accepted for clergymen to interest themselves in Natural History as part of God's creation. Whilst at Cambridge his interest in Natural History led to informal contacts with professors of Botany and Geology and, through these contacts, to an invitation to join HMS Beagle on an exploratory voyage to South America and beyond as a geologist. This invitation arrived just as Darwin had completed his university degree course and effectively postponed his actually becoming ordained as a clergyman. During this voyaging on HMS Beagle (1831-1836), however, Darwin lost his faith and also emerged from it as a recognised man of science due to the wider publication of certain learned papers he had sent home to friends and acquaintances. The Beagle voyage gave Darwin a wide background in Natural History. As early as July 1837 Darwin opened a notebook to record his thoughts on "that mystery of mysteries - the origin of species" as this entry from his diary relates:- In July I opened my first note-book for facts in relation to the Origin of Species, about which I had long reflected, and never ceased working on it for the next twenty years.The direction of the development of Darwin's thoughts can perhaps be illustrated by this famous Tree of Life sketch from his Notebook B dating from 1837-8:- Charles Darwin's early evolutionary theory insight of how a branching tree-like genus of related species might originate by divergence from a starting point (1) to effectively establish related species at such notional points as A, B, C and D. There is an accompanying text annotation that reads:- I think Case must be that one generation then should be as many living as now. To do this & to have many species in same genus (as is) requires extinction. Thus between A & B immense gap of relation. C & B the finest gradation, B & D rather greater distinction. Thus genera would be formed. — bearing relation (page 36 ends - page 37 begins) to ancient types with several extinct forms. From Darwin's notebook B now stored in Cambridge University library. Darwin had grown up in and, despite his own skepticism after returning from his voyages, continued to live in a society that generally accepted biblical explanations of creation whereby the Earth and all of its unchanging, immutable, life forms - including Human Beings - were, as they were and as they ever had been, as a result of Original Acts of Divine Creation. Against this pervasive cultural background, in a confidential letter of 11 January 1844 to a fellow scientist named Joseph Hooker, Darwin wrote that:- I have been now ever since my return engaged in a very presumptuous work & which I know no one individual who wd not say a very foolish one.— I was so struck with distribution of Galapagos organisms &c &c & with the character of the American fossil mammifers, &c &c that I determined to collect blindly every sort of fact, which cd bear any way on what are species.— I have read heaps of agricultural & horticultural books, & have never ceased collecting facts— At last gleams of light have come, & I am almost convinced (quite contrary to opinion I started with) that species are not (it is like confessing a murder) immutable. Heaven forfend me from Lamarck nonsense of a “tendency to progression” “adaptations from the slow willing of animals” &c,—but the conclusions I am led to are not widely different from his— though the means of change are wholly so— I think I have found out (here's presumption!) the simple way by which species become exquisitely adapted to various ends.— You will now groan, & think to yourself ‘on what a man have I been wasting my time in writing to.’— I shd, five years ago, have thought so.—A professional collector of biological specimens named Alfred Russel Wallace, (pictured right), was acquainted with Charles Darwin and had forwarded specimens he had collected to Darwin. Darwin was a great writer of letters and had corresponded intermittently with Wallace. And so it was that Wallace, who had independently arrived at an evolutionary theory in 1858 whilst he was laid up with a malarial fever at Ternate, in the Celebes Islands where he had been collecting biological specimens, sent a twenty page long memoir about this evolutionary theory he had devised to the influential expert amateur naturalist Charles Darwin, which arrived at Darwin's house in Kent in June 1858. In a covering letter Wallace asked that Darwin forward the memoir to a famous scientist named Sir Charles Lyell, if Darwin thought the content merited Lyell's attention. Wallace had concluded that species throw up occasional variations in form which may decisively benefit the individuals who carry that variation. He, like Darwin years earlier, had been struck by a viewpoint attributable to Thomas Malthus, which held that populations will tend to outstrip the food supply naturally available to them. Again, like Darwin, Wallace envisaged a relentless favouring in terms of short term survival and longer term breeding opportunities being naturally bestowed on those individuals that bore variant traits that favoured the winning of scarce food for their day-to-day sustenance. Darwin subsequently sent Wallace's manuscript to Lyell; with his own covering letter of 18th June 1858 that included the following sentences:- My dear LyellAlthough Darwin had shown himself reluctant to publish his theorising in the past he was now faced with the possibility that his own labours and insights might be overshadowed with much of any associated credit being won by Alfred Russel Wallace upon the publication of his sketch in some scientific journal or other - how was he now to act - he would doubtless have felt it strictly necessary to behave in a gentlemanly fashion and, as such, would have been conscious of the necessity of giving Wallace due credit. Several days later Darwin again wrote to Sir Charles Lyell:- As I had not intended to publish my sketch, can I do so honourably, because Wallace has sent me an outline of his doctrine? I would far rather burn my whole book than that he or any other man should think that I behaved in a paltry spirit. Do you not think that that his having sent me this sketch ties my hands? I do not in least believe that that he originated his views from anything which I wrote to him.Sir Charles Lyell was actually one of Darwin's personal friends and knew that Darwin had long been working in the same area of study. In the event Lyell and other scientific friends of Darwin's agreed a compromise where both Darwin and Wallace would be enabled to share in the release of the Theory of Evolution for public consideration and thus put both of them on academic record as being responsible for its development. Neither Wallace nor Charles Darwin were present at the meeting of the Linnaean Society in July 1858 when papers attributable to each were brought to the attention of the wider scientific community. Following on from Wallace's approach of 1858 Darwin made efforts to draw his notes together into a work intended for publication. That work was prepared and published under the title On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life was first published on 24 November 1859. There were only 1,250 copies prepared in this first edition, and Darwin had suggested to his publisher that even this would be too many for what he presumed to be a limited and specialised scientific market. Although the book was priced at fourteen shillings - more than a week's wages for a labouring man and hence beyond most persons convenient means - and its content was slightly technical this edition sold out to the book trade on the day of publication. A second edition of 3,000 copies was issued some two months later. Few books have had such a profound and far-reaching impact on Human Society across the world. In this work Darwin concentrated on "Descent with modification" as having been extremely influential in giving rise to new species of animal life generally and with no particular focus on Humanity. Darwin work suggested that there had been an initial creation but with many subsequent evolutionary modifications over vast periods of time. Perhaps the most explicit mention of humans as being themselves subject to evolutionary processes occurs in this passage from one of the closing paragraphs of Origin of Species. "The whole history of the world, as at present known, although of a length quite incomprehensible by us, will hereafter be recognised as a mere fragment of time, compared with the ages which have elapsed since the first creature, the progenitor of innumerable extinct and living descendants, was created.The publication of Darwin's evolutionary theory, as set out in the Origin of Species, was followed by intense public debate where fully Creationist Faith went head to head with Science's newly proposed Evolution Theory. Gradually mankind became the explicit focus of evolutionary theory speculation. Sir Charles Lyell's The Antiquity of Man was published in early February 1863 and detailed the discoveries of traces of early man dating from the palaeolithic era. In this work which sold well and, "shattered the tacit agreement that mankind should be the sole preserve of theologians and historians". In this work Lyell avoided any definitive statement on human evolution. Later that year a work entitled Evidence as to Man's Place in Nature by Thomas Henry Huxley was the first book devoted to the topic of human evolution, and discussed much of the anatomical and other evidence for the evolution of man and apes from a common ancestor. Something of the nature and direction of Huxley's work can prehaps be gauged from the fact that its three chapters were entitled:-
On the Natural History of the Man-Like Apes
It is perhaps also relevant in this regard that Huxley's work featured the following frontispiece:-
|
|
"...man is a bundle of relations, a knot of roots,
whose flower and fruitage is the world..."
Ralph Waldo Emerson
"Whatever concept one may hold, from a metaphysical point of view, concerning the freedom of the will, certainly its appearances, which are human actions, like every other natural event, are determined by universal laws. However obscure their causes, history, which is concerned with narrating these appearances, permits us to hope that if we attend to the play of freedom of the human will in the large, we may be able to discern a regular movement in it, and that what seems complex and chaotic in the single individual may be seen from the standpoint of the human race as a whole to be a steady and progressive though slow evolution of its original endowment."
Immanuel Kant
Idea for a Universal History from a Cosmopolitan Point of View
Or to quote Emerson, from his famous Essay ~ History more fully:-
"In old Rome the public roads beginning at the Forum proceeded north, south, east, west, to the centre of every province of the empire, making each market-town of Persia, Spain, and Britain pervious to the soldiers of the capital: so out of the human heart go, as it were, highways to the heart of every object in nature, to reduce it under the dominion of man. A man is a bundle of relations, a knot of roots, whose flower and fruitage is the world. His faculties refer to natures out of him, and predict the world he is to inhabit, as the fins of the fish foreshow that water exists, or the wings of an eagle in the egg presuppose air. He cannot live without a world."
sumber : http://www.age-of-the-sage.org/evolution/human_evolution_theory.html
LIHAT VIDEO : FAKTA PENCIPTAAN
BENCANA KEMANUSIAAN AKIBAT DARWINISME
Abad
20 yang baru saja kita lewati adalah masa yang dipenuhi dengan
peperangan, konflik, bencana, kesengsaraan, pembantaian, kemelaratan dan
kehancuran yang luar biasa. Jutaan manusia dibantai, dibunuh dan
dibiarkan mati, hidup tanpa rumah dan tempat berlindung. Maka semua
dikorbankan demi membela berbagai ideologi menyesatkan. Di setiap
peristiwa tampak selalu terpampang nama-nama mereka yang bertanggung
jawab : Stalin, Lenin, Trosky, Mao, Pol Pot, Hitler, Mussolini, Franco.
Fasisme dan komunisme adalah dua ideologi utama yang telah menyebabkan umat manusia merasakan berbagai penderitaan di masa kegelapan tersebut. Yang menarik untuk di kaji di sini adalah ideologi-ideologi tersebut ternyata memiliki sumber ideologi yang sama (ideologi induk). Ideologi ini tidak pernah terpikirkan sebelumnya, senantiasa berada di balik layar hingga saat ini. Dan senantiasa terlihat bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan. Sumber ideologi ini adalah Filsafat materialistik dan Darwinisme, bentuk penerapan filsafat materialisme pada alam. Darwinisme muncul abad 19 sebagai penghidupan kembali sebuah mitos ilmu yang telah ada sejak peradaban Sumeria dan Yunani Kuno, oleh seorang ahli biologi amatir Charles Darwin. Sejak kemunculannya Darwinisme menjadi landasan berpijak ilmiah bagi semua ideologi-ideologi yang membawa bencana bagi umat manusia. Selanjutnya teori evolusi atau Darwinisme tidak terbatas hanya pada bidang biologi dan paleontologi, tetapi merambah pada bidang-bidang sosial, sejarah, politik dan mempengaruhi berbagai sisi kehidupan. Oleh karena sejumlah pernyataan-pernyataan khusus Darwinisme mendukung sejumlah aliran pemikiran yang di masa itu sedang tumbuh dan berkembang, Darwinisme mendapat dukungan luas dari kalangan ini. Orang-orang berusaha menerapkan keyakinan bahwa terdapat “peperangan (perjuangan) untuk mempertahankan hidup” pada mahluk hidup di alam. Oleh sebab itu, ide bahwa “yang kuat tetap hidup dan yang lemah akan musnah” mulai diterapkan juga pada manusia dan kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Justifikasi ilmiah Darwinisme inilah yang kemudian digunakan oleh : a. Hitler untuk membangun ras super b. Karl marx untuk mengatakan bahwa “sejarah manusia adalah sejarah peperangan antar kelas masyarakat” c. Kaum kapitalis yang percaya bahwa “yang kuat tumbuh menjadi semakin kuat dengan mengorbankan yang lemah”. d. Bangsa kolonial untuk menjajah dunia ketiga dan perlakuan biadab mereka. e. Tindakan rasisme dan diskriminasi. Mekipun demikian, seorang pendukung teori evolusi dalam bukunya The Moral Animal, Robert Wright, mengulas secara singkat tentang bencana kemanusiaan akibat munculnya teori evolusi, bahwa: “Tidak dapat dipungkiri, teori evolusi memiliki sejarah panjang yang kelam dalam penerapannya pada hubungan antar manusia. Setelah bercampur dengan filsafat politik di sekitar peralihan abad ini, untuk membentuk ideologi yang tidak jelas, yang dikenal dengan “Darwinisme Sosial”, ideologi ini digunakan oleh kaum rasis, fasis dan kapitalis yang tidak memiliki hati nurani” 1 Rasisme Darwin dan Kolonialisme Teman dekat Darwin, Profesor Adam Sedgwick adalah satu di antara sekian banyak orang yang melihat bahaya yang akan ditimbulkan oleh teori evolusi di masa mendatang. Setelah membaca dan memahami buku Darwin The Origin of Species, ia menyatakan bahwa “Jika buku ini diterima masyarakat luas, [maka buku] ini akan memunculkan kebiadaban ras manusia yang belum pernah tersaksikan sebelumnya” 2. Dan waktu menunjukkan bahwa Sedgwick benar. Sejarah mencatat bahwa abad 20 adalah periode gelap dimana manusia melakukan pembantaian hanya karena ras atau suku bangsa mereka.
Darwin mengklaim bahwa ”fight for survival (perjuangan untuk mempertahankan hidup)” juga terjadi antar ras-ras manusia. “Ras pilihan” muncul
sebagai pemenang dalam peperangan ini. Menurut Darwin ras pilihan
adalah bangsa kulit putih Eropa. Sedangkan ras-ras Asia dan Afrika,
mereka telah kalah dalam peperangan mempertahankan hidup. Darwin berkata
lebih jauh bahwa ras-ras ini akan segera kalah dalam peperangan
mempertahankan hidup di seluruh dunia dan akhirnya punah :
“Di masa mendatang tidak sampai berabad-abad lagi, ras-ras menusia beradab hampir dipastikan akan memusnahkan dan menggantikan ras-ras biadab di seluruh dunia. Pada saat yang sama kera-kera antromorfosis (menyerupai manusia) …tidak diragukan lagi akan musnah, selanjutnya jarak antara manusia dengan padanan terdekatnya akan lebih lebar, karena jarak ini akan memisahkan manusia dalam keadaan yang lebih beradab, sebagaimana yang kita harapkan, dari Kaukasian sekalipun, dengan jenis-jenis kera serendah babon, tidak seperti sekarang yang hanya memisahkan negro atau penduduk asli Australia dengan gorila.” 3 Pada bagian lain The Origin of Species, Darwin mengklaim bahwa bagi ras-ras inferior perlu untuk punah dan tidak ada perlunya bagi ras-ras yang telah maju untuk melindungi mereka dan menjaga mereka agar tetap hidup. Darwin mengibaratkan hal ini dengan mereka yang memelihara hewan-hewan untuk dikembangbiakan : “Pada manusia-manusia primitif, kelemahan pada tubuh dan akal akan segera dieliminir dan mereka yang tetap hidup biasanya memperlihatkan kondisi kesehatan yang prima. Sekalipun kita manusia-manusia beradab berusaha secara maksimal untuk mengawasi proses eliminasi ini, kita bangun rumah-rumah perawatan bagi orang-orang yang sakit jiwa, cacat dan sakit, kita terapkan undang-undang bagi kaum miskin.. Ada alasan yang bisa dipercaya bahwa vaksinasi telah menyehatkan ribuan orang, yang sebelumnya orang-orang yang lemah fisiknya akan mati karena cacar. Dengan demikian orang-orang yang lemah dari masyarakat beradab melangsungkan keturunannya. Tidak ada seorang pun yang pernah mempelajari pembiakan hewan-hewan piaraan akan ragu bahwa tindakan ini akan sangat merugikan bagi ras manusia.” 4 Teori Darwin yang menolak eksistensi Tuhan telah menyebabkan sebagian orang tidak melihat manusia sebagai sosok yang diciptakan Tuhan dan bahwa semua manusia diciptakan setara. Ini adalah salah satu fakta di balik munculnya rasisme dan penerimaannya secara cepat di seluruh dunia.
Kolonialisme erat kaitannya dengan Darwinisme; dan negara yang sangat
diuntungkan oleh pandangan rasis Darwin adalah negeri Darwin sendiri:
Inggris. Di masa ketika Darwin mengemukakan teorinya, Inggris sedang
mendirikan imperium kolonial nomor 1 di dunia. Semua sumber daya alam di
negeri-negeri yang dijajahnya dari India hingga Amerika Latin dirampok
oleh imperium Inggris. Sudah barang tentu negeri-negeri penjajah
tersebut tidak ingin dituliskan dalam sejarah sebagai negeri perampok
dan untuk menutupi kebiadaban ini mereka mencari alasan pembenaran
tindakan tersebut. Salah satunya adalah dengan menganggap bangsa jajahan
sebagai “orang primitif” atau “makhluk mirip binatang”.
Dengan pandangan ini mereka dibantai dan disiksa secara biadab karena
bukanlah manusia, akan tetapi makhluk separuh manusia separuh binatang,
dan tindakan penjajah tersebut tidak bisa dikatagorikan sebagai
kriminal.
Aliansi Fasisme dan Darwinisme
Nazisme lahir di tengah-tengah
kekacauan di Jerman yang kalah dalam perang dunia I. Pemimpin partai
Nazi adalah seorang agresif yang sangat benci agama-agama samawi bernama
Adolf Hitler. Rasisme adalah cara pandang Hitler, dan ia percaya bahwa
ras Arya, komponen utama bangsa Jerman, lebih tinggi dibanding ras-ras
lain dan wajib memimpin mereka. Ia memimpikan bangsa Arya akan membangun
imperium yang akan bertahan selama 1000 tahun.
Landasan berpijak ilmiah teori rasis Hitler adalah teori evolusi Darwin. Tokoh yang sangat mempengaruhi pemikiran Hitler adalah seorang sejarawan rasis Jerman Heinrich von Treitschke, sosok yang sangat terpengaruhi oleh teori evolusi Darwin dan mendasarkan pandangan rasisnya pada Darwinisme. Ia berpendapat, “Bangsa-bangsa hanya akan maju melalui kompetisi sengit sebagaimana [pendapat] Darwin [tentang kemampuan] individu yang kuat [untuk] tetap bertahan hidup,” dan menyatakan bahwa ini berarti peperangan panjang yang tak terelakkan. Ia berpandangan bahwa, “Penaklukan dengan pedang adalah cara untuk membangun peradaban dari kebiadaban dan ilmu pengetahuan dari kebodohan.” Ia berpandangan bahwa: “Ras-ras kuning tidak memahami seni dan kebebasan politik. Sudah menjadi takdir ras-ras hitam untuk melayani [bangsa kulit] putih dan sebagai sasaran kebencian [orang] kulit putih untuk selama-lamanya” 5 Ketika Hitler membangun teorinya, ia mendapatkan inspirasi dari Darwin, khususnya pemikiran Darwin tentang pertarungan (perjuangan) untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Bukunya yang terkenal diberi judul Mein Kampf (“Perjuagan Saya”) terinspirasi dari pertarungan (perjuangan) untuk mempertahankan kelangsungan hidup ini. Sebagaimana Darwin, Hitler memberikan status kera pada ras-ras non-Eropa, dan mengatakan, “Hapuskan [ras] Jerman Nordik dan tidak ada yang tersisa kecuali tarian para kera.” 6 Sekutu Hitler di Eropa adalah Mussolini (Italia) dan Franco (Spanyol). Mussolini adalah Darwinis tulen yang menjadikan kapak sebagai simbol Fasisme dan Partai Fasis, sebab kapak adalah simbol peperangan, kekerasan, kematian dan pembantaian. Pada tahun 1935 ia menjajah Ethiopia dan berhasil memusnahkan 15000 orang hingga tahun 1941. Selain mendukung dan membenarkan pendudukannya atas Ethiopia dengan pendapat Darwin yang rasialis, Mussolini berpendapat bahwa Ethiopia adalah bangsa inferior (kelas rendah) sebab mereka adalah ras hitam; dan diperintah oleh ras superior seperti bangsa Italia merupakan sebuah kehormatan bagi bangsa Ethiopia. Libia pun tidak lepas dari kolonialisme Mussolini, dimana sekitar 1.5 juta kaum Muslimin terbunuh. Gerakan Nazi dan Rasisme kini bangkit lagi dalam bentuk Neo-Nazi, dengan sumber inspirasi yang tidak berbeda dengan pendahulunya, yakni Darwinisme. Darwinisme: Sumber Kekejaman Komunis Ideologi yang mengakibatkan malapetaka yang paling dasyat bagi kemanusiaan di abad yang baru saja kita tinggalkan adalah Komunisme. Komunisme, yang mencapai puncak sejarahnya oleh dua tokoh filsuf Jerman Karl Marx dan Friedrich Engels di abad 19, menumpahkan darah lebih banyak dibanding kaum Nazi dan imperialis. Dua orang ini adalah tokoh ateis tulen yang sangat membenci agama.
Akan tetapi Marx dan Engels memerlukan penjelasan atau pembenaran
ilmiah bagi ideologi mereka agar dapat menarik simpati masyarakat luas.
Sungguh menarik bahwa teori evolusi yang dikemukakan Darwin dalam buku The Origin of Species
berisi penjelasan yang dicari-cari oleh Marx dan Engels. Darwin
mengatakan bahwa makhluk hidup muncul sebagai hasil dari proses “perjuangan untuk mempertahankan hidup” atau “konflik dialektik”.
Tambahan lagi, Darwin adalah seorang yang menolak adanya penciptaan dan
mengingkari kepercayaan agama. Ini adalah kesempatan baik bagi Marx dan
Engels yang tidak boleh dilewatkan.
Darwinisme memiliki kaitan yang sedemikian sangat penting dengan Komunisme sehingga beberapa bulan setelah buku Darwin terbit, Friedrich Engels menulis kepada Karl Marx, “Darwin, yang [bukunya] kini sedang saya baca, sungguh bagus.” 7 Karl Marx lalu membalas surat Engels pada tanggal 19 Desember 1860, “Ini adalah buku yang berisi dasar berpijak pada sejarah alam bagi pandangan kita.” 8 Dalam sebuah surat yang ditulis Marx kepada Lassalle, seorang rekan sosialisnya, pada tanggal 16 Januari 1861, ia mengatakan, “Buku Darwin sangatlah penting dan membantu saya [meletakkan] landasan berpijak dalam ilmu alam bagi perjuangan kelas dalam sejarah.” 9 Lenin adalah sosok yang menjadikan proyek revolusi Komunis Karl Marx terealisasi melalui revolusi Bolshevik yang berhasil menggulingkan Tsar Rusia melalui kudeta bersenjata di bulan Oktober 1917. Setelah itu, Rusia menjadi ajang perang saudara antara kaum Komunis dan para pendukung Tsar Rusia selama sekitar tiga tahun. Tak berbeda dengan pendahulunya, Lenin adalah pengagum Darwinisme dan mengatakan, “Darwin telah membungkam kepercayaan bahwa spesies hewan dan tumbuhan tidak memiliki kaitan satu sama lain, kecuali secara kebetulan, dan bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan, dan oleh karenanya tidak bisa mengalami perubahan.”10 Trotsky boleh dibilang arsitektur paling penting dalam revolusi Bolshevik setelah Lenin. Ia pun tak lepas dari kekagumannya kepada Darwin, “Penemuan Darwin adalah kemenangan terbesar dialektika di segala aspek kehidupan”. 11 Setelah kematian Lenin di tahun 1924, Stalin, yang dianggap sebagai diktator paling berdarah-darah dalam sejarah dunia, menaiki tahta Partai Komunis. Di tangan Stalin, Komunisme tampak jelas sebagai sistem ideologi yang paling sadis. Sekitar 20 juta manusia tak berdosa mati di masa pemerintahan tangan besinya. Para sejarawan mengungkapkan bahwa kebrutalan ini memberikan kebahagiaan tersendiri baginya. Ia sangat bahagia ketika duduk di mejanya di Kremlin sambil membaca dengan seksama orang-orang yang mati di kamp-kamp konsentrasi ataupun yang telah tewas dieksekusi. Hal yang menjadikannya jagal biadab adalah filsafat materialis yang diyakininya. Dalam perkataan Stalin sendiri, dasar berpijak utama filsafatnya adalah teori evolusi Darwin. Ia menjelaskan betapa pentingnya ia memegang pemikiran Darwin: “Tiga hal yang kita lakukan untuk menghormati akal para pelajar seminari kita. Kita harus ajarkan kepada mereka usia bumi, asal-muasal bumi, dan ajaran-ajaran Darwin.” 12 Satu lagi rejim komunis yang menjadikan Darwinisme sebagai pijakan ilmiah telah didirikan di China. Para pendukung komunis di bawah pimpinan Mao Tse Tung memegang kendali kekuasaan pada tahun 1949 setelah perang saudara yang berkepanjangan. Mao mendirikan rejim yang kejam dan opresif sebagaimana sekutunya, Stalin. Mao secara terang-terangan mengumumkan landasan filosofis sistem yang dibangunnya dengan mengatakan, “Sosialisme China dibangun di atas Darwin dan teori evolusi.” 13 Kapitalisme dan Seleksi Alam di Bidang Ekonomi Istilah kapitalisme berarti kedaulatan kapital, sistem ekonomi bebas tanpa kendala yang didasarkan pada keuntungan, di mana masyarakat berkompetisi dalam batasan-batasan. Terdapat tiga elemen penting dalam kapitalisme: individualisme, kompetisi dan mengeruk kuntungan. Individualisme penting dalam kapitalisme, sebab manusia melihat diri mereka sendiri bukanlah sebagai bagian dari masyarakat, akan tetapi sebagai “individu-individu” yang sendirian dan harus berjuang sendirian untuk memenuhi dirinya sendiri. “Masyarakat kapitalis” adalah arena dimana para individu berkompetisi satu sama lain dalam kondisi yang sangat keras dan kasar. Ini adalah arena sebagaimana yang dijelaskan Darwin, dimana yang kuat akan tetap hidup, sedangkan yang lemah dan tak berdaya akan terinjak dan musnah, dan tempat dimana kompetisi yang sengit mendominasi. Mental kapitalis tidak merasakan adanya tanggung jawab etis atau hati nurani atas orang-orang yang terinjak-injak di bawah kaki mereka. Ini adalah Darwinisme yang dipraktekkan dalam masyarakat di bidang ekonomi Dalam biografinya, Andrew Carnegie, seorang pemilik kapital utama di Amerika, menyatakan kepercayaannya pada evolusi dengan perkataannya, “Saya telah menemukan kebenaran evolusi.” 14 Dalam artikel Darwin’s Three Mistakes, ilmuwan evolusioner Kenneth J. Hsü, membongkar pemikiran Darwinis kaum kapitalis Amerika, termasuk pernyataan Rockefeller yang menyatakan bahwa, “pertumbuhan bisnis besar hanyalah sekedar [tentang kemampuan] individu yang kuat [untuk] tetap bertahan hidup; [hal] tersebut hanyalah cara kerja hukum alam.” 15 (Disarikan dari buku The Disasters Darwinism Brought to Humanity by Harun Yahya, Al-Attique Publisher Inc. Canada, 2001) |
1 Robert Wright, The Moral Animal, Vintage Books, New York, 1994, p.7
2 A.E., Wilder Smith, Man’s Origin Man’s Destiny, The Word of Today Publishing, 1993, p. 166. 3 Charles Darwin, The Descent of Man, 2nd edition, New york, A.L. Burt Co., 1874, p.178 4 Ibid p.171 5 Alaeddin Senel, Irk ve Irkcilik Düsüncesi (The Idea of Race and Racism), Ankara: Bilim ve Sanat Yayinlari, 1993, pp.62-6. 6 War Against Religion http://www.geocities.com/Heartland/Meadows/1733/book2-ch3.html 7 Conway Zirkle, Evolution, Marxian Biology and the Social Scene, Philadelphia, University of Pennsylvania Press, 1959, pp. 85-87. 8 Ibid 9 Ibid 10 Marshall Hall, Hitler, Stalin, Mao et al: The Role of Darwinian Evolutionism in Their Lives, http://www.fixedearth.com/hlsm.html 11 Alan Woods and Ted Grant, Reason in Revolt: Marxism and Modern Science, London, 1993. 12 Kent Hovind, The False Religion of Evolutionism, http://www.royalse.com/scroll/evolve/ndxng.html 13 K. Mehnert, Kampf um Mao’s Erbe, Deutsche Verlags-Anstalt, 1977. 14 Andrew Carnegie, Autobiography, Boston 1920, p327, cited in Richard Hlfstadter, Social Darwinism in American Thought, Boston, Beacon Press, 1955, p. 45. 15 Kenneth J. Hsü, “Darwin Three Mistakes”, Geology, vol. 14, June 1986, p. 534. |
TERIMA KASIH KEPADA :
http://id.harunyahya.com/id/works/9305/BENCANA-KEMANUSIAAN-AKIBAT-DARWINISME
Langganan:
Postingan (Atom)